Saturday, November 1, 2014

Get A Golden Life


Hi, how’s your life going?

Terkadang pertanyaan sederhana bisa membuat kita berpikir lebih jauh, deeply thinking.

Sesungguhnya pertanyaan yang saya ajukan tadi adalah bentuk lain dari “how are you?” Yang seringkali secara refleks kita jawab dengan, “I’m OK”.

Mengapa refleks? Karena memang tidak mudah bagi kita membagi cerita pahit tentang kehidupan kita. Jika hidup kita adalah kopi susu, biarlah orang lain mendapat susunya dan hanya kita yang perlu merasakan pahitnya kopi.

Tapi kali ini saya tidak akan menjawab dengan refleks. Saya tidak akan memberi jawaban kalau saya baik-baik saja. Karena sejatinya saya dan Anda memang sedang (atau akan) tidak baik-baik saja.


Yeah, because life is full of risks, the possibility of something bad happening(1). Apa Anda berpikir kalau hidup Anda (akan tetap) semulus kain sutra tanpa cacat dari bara rokok? Atau selicin pualam tanpa retak dan rekah?

Saya bisa pastikan tidak. Sama sekali tidak.

Kita pasti pernah, sedang atau akan mengalami cobaan hidup, dalam hal ini saya maknai sebagai risiko. Kita telah merekam banyak sekali kepahitan dan ketidakmujuran dalam hidup. Baik yang kita tanggung sendiri atau ada banyak orang di sekitar kita yang ikut merasakan pahitnya.

Dari sekian banyaknya risiko yang akan menimpa diri kita, ada beberapa risiko utama dalam hidup yang akan membuat orang-orang terdekat kita ikut menanggung bebannya. Anggaplah kita semua adalah pekerja, baik yang laki-laki maupun perempuan dan kita sama-sama memiliki tanggungan finansial kepada keluarga kita. Maka risiko yang harus kita persiapkan proteksinya adalah masalah kesehatan, hari tua dan kematian.

Semua orang tentunya ingin hidup selalu sehat, namun sehubungan dengan kesibukan kita sehari-hari kesehatan menjadi hal yang sangat rentan. Begitu juga saat hari tua kita, rasanya akan sangat membahagiakan jika kita bisa hidup tenang tanpa berpikir bahwa kita menjadi beban anak-anak kita dalam urusan finansial. Saya ambil contoh jika kita mengalami kecelakaan sehingga menimbulkan cacat tetap, sakit kritis yang membutuhkan biaya pengobatan besar, atau kita meninggal dunia sehingga tidak mungkin lagi menjadi tulang punggung keluarga. Bagaimana nasib orang-orang yang kita nafkahi jika kita tidak bisa lagi bekerja karena cacat tetap? Bagaimana nasib keluarga tercinta jika kita meninggal dunia tanpa mewariskan apa-apa?

Oke itu semua benar adanya, namun apakah kita hanya perlu mempersiapkan diri menghadapi risiko-risiko tersebut saja?

Nope, of course not!

There are plenty of things that we should prepare for our future. I call it, our golden life, mengacu pada kehidupan yang terorganisir dan rapi, termanage dan terencana dengan baik. Ada persiapan menghadapi kehilangan aset (rumah atau kendaraan) atau persiapan biaya pendidikan anak-anak yang memang semakin tinggi tiap tahunnya. Tapi mari kita batasi pada risiko kesehatan, hari tua dan kematian.

Lantas bagaimana mempersiapkan diri dengan risiko-risiko dan rencana tersebut?

Ada dua langkah besar yang bisa kita lakukan.

FIRST, SAVING. Menabung. Apapun bentuknya dalam jangka waktu sampai kapanpun, menabung akan selalu bermanfaat dan mampu menjadi proteksi ampuh saat kita kesulitan finansial. Namun sekarang pertanyaannya seberapa besar? And until when?
Saya ambil contoh, misalnya kita menabung satu 500 ratus ribu rupiah tiap bulan, sepuluh bulan berikutnya jumlah tabungan kita adalah 5 juta rupiah. Ternyata di bulan ke sembilan kita mengalami sakit kritis yang membutuh dana cukup besar, well, kita hanya punya 9,5 juta rupiah saja. Sisanya bagaimana? Kita terpaksa harus menggali lubang kelinci (baca: meminjam) kepada sanak saudara atau kerabat dekat. Untuk itu langkah besar yang kedua bisa kita ambil.

SECOND, INSURANCE. Asuransi.

Insurance?
What’s that?
I think most of people have heard about this term, an agreement in which you pay a company money and they pay your cost if you have an accident, injury, etc(2). Ya, kita membayar suatu perusahaan untuk meng-cover saat kita mengalami risiko hidup.

Pertanyaan selanjutnya adalah, why do we need an insurance? Untuk apa kita bergabung dengan asuransi?

Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, saya asumsikan bahwa kita semua adalah pekerja yang memiliki tanggungan rumah tangga, dimana saat kita mengalami risiko hidup yang tidak ringan maka akan ada banyak orang yang merasakan susahnya. Dengan asuransi, besar premi yang harus dibayar (misalnya 500 ribu rupiah tiap bulan) dalam jangka waktu 10 tahun dapat kita ambil manfaatnya meski masih di bulan ke sembilan, yang artinya total manfaat yang didapat minimal 500 ribu kali 12 bulan kali 10 tahun yaitu 60 juta rupiah. Ini sangat membantu dibandingkan dengan tabungan yang hanya mencapai 9,5 juta.

Inilah alasannya kita membutuhkan sebuah lembaga asuransi yang bisa mengcover kesulitan-kesulitan finansial kita di saat kita mengalami risiko hidup yang besar.

Jika alasan tersebut masih belum cukup, I let you to think more deeply.

Let’s think more deeply...

Think deeply...
Lantas risiko apa saja yang harus di-cover?

Risiko hidup terlalu banyak, Saudara! Mungkinkah kita mengambil ‘semua’ jenis asuransi untuk mengcover ‘semua’ risiko hidup kita?

Jawabannya bergantung. Bagaimana kondisi finansial kita? Seberapa besar kita bisa menyisihkan rupiah untuk digunakan di saat-saat tak terduga? Maka uang pertanggungan pun menyesuaikan dengan premi yang kita bayar. Well, karena besarnya pengeluaran akan selalu mengikuti besarnya pemasukan kita. Inilah permainan hidup yang sangat mengasyikan. Kita diminta mengorganisir kehidupan kita, merapikan segala carut-marut probabilitas yang ada, menyusun rencana-rencana kehidupan secara baik dan matang. Mungkin buat sebagian orang ini adalah permainan statistik yang benar-benar tidak asik. Ini adalah permainan to do list yang sering membuat kita pesimis. Namun sebenarnya kenikmatan hidup bukanlah pada hasil yang kita peroleh di hari tua, melainkan proses pencapaian ke hari tua yang tenang dan nyaman.

Maka pilihlah jenis asuransi yang memiliki prioritas tinggi, yang paling kita butuhkan dengan UP (Uang Pertanggungan) cukup besar dan memadai untuk meng-cover kebutuhan kita.

Sebelum mempelajari jenis-jenis asuransi yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi, kita harus cermat memilih perusahaan asuransi mana yang reliable untuk kondisi kita. Beberapa hal berikut bisa menjadi acuan dasar untuk memilih perusahan-perusahaan asuransi yang memang jumlahnya sangat banyak di Indonesia.

Pertama, jam terbang perusahaan dan penghargaan yang diraih. Misalnya Allianz yang sempat menduduki peringkat 27 perusahaan terbesar di dunia(3) dan peringkat 3 perusahaan asuransi terbaik di Indonesia(4).

Kedua, kekuatan finansial perusahaan tersebut. Setelah memilih berdasarkan acuan pertama, kita bisa memasuki situs resminya dan meneliti perkembangan keuangan perusahaan tersebut tiap tahunnya. Untuk laman resmi Allianz Indonesia bisa di buka di www.allianz.co.id.

Ketiga, Mencermati tingkatan tanggungan tiap produk. Tidak semua produk asuransi memiliki besar tanggungan yang sama. Saya ambil contoh asuransi Allianz yang melindungi 49 jenis penyakit kritis sementara beberapa perusahaan lain hanya melindungi sekitar 34 jenis penyakit kritis atau kurang.

Keempat, costumer service. Well, siapapun kita tidak akan suka jika dilayanai dengan tidak baik. Perhatikan bagaimana perusahaan asuransi melayani nasabahnya, yaitu kita, apakah sangat membantu atau malah membuat kita tidak mengerti sama sekali.

Kelima, testimonial. Oke, sejenak hilangkan pikiran buruk kita bahwa perusahaan mungkin mencantumkan testimonial ‘hiasan’ agar perusahaan mereka terlihat baik. Sebenarnya, perusahaan besar yang masuk jajaran perusaan terbaik di Indonesia atau di dunia tidak mungkin melakukan hal tersebut karena taruhannya adalah reputasi perusahaan yang sangat berharga. Jadi, testimonial di situs mereka, di brosur-brosur, flyer atau booklet mereka menjadi gambaran bagaimana kualitas perusahaan asuransi tersebut secara nyata terutama dalam hal pengajuan claim. Agar lebih memuaskan, carilah testimonial nyata terhadap mereka yang sudah ikut bergabung dalam program asuransi mereka.

Okay, then. After these five steps, I want to tell you that Allianz is the best choice for your golden life. Why?

Tentu ada begitu banyak keunggulan Allianz yang tidak bisa saya jabarkan satu per satu di sini, karena produknya juga sangat banyak dan setiap produk memiliki keunggulan masing-masing. Saya akan berikan beberapa keunggulan yang sudah mampu membuat saya yakin untuk bergabung dengan Allianz.

1) Allianz adalah pemain lama di industri asuransi. Pertama kali didirikan di Berlin, Jerman pada 5 Februari 1890 yang kemudian berpindah ke Munich(5). Bayangkan usianya sudah ratusan tahun! So don’t ask about their experiences in this industry. Allianz berturut-turut masuk jajaran perusahaan asuransi terbesar di dunia versi forbes.com. Hal ini membuktikan bahwa Allianz memiliki kemampuan dan aset yang sangat besar.

2) Allianz mampu memberikan nilai proteksi yang lebih besar untuk nilai premi yang sama dibandingkan dengan perusahaan lain. Anda bisa bandingkan secara langsung perhitungan polis perusahaan lain dengan Allianz.

3) Memiliki banyak keragaman produk asuransi. Dari asuransi kesehatan, asuransi jiwa sampai asuransi umum. Dengan produk yang beragam kita bisa memilih dengan cermat mana yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kita.

4) Allianz juga dapat menggunakan sistem kartu (cashless), yah, karena saat ini jarang sekali orang membawa uang dalam jumlah besar di dompetnya. Tidak hanya bisa digunakan di Indonesia, kartu Allianz dapat digunakan di luar negeri, seperti di Rumah Sakit Mount Elizabeth di Singapura, atau di negara-negara lain seperti Malaysia, Thailand dan lain-lain.

5) Allianz menawarkan sistem syariah dan konvensional. Dua metode ini memberi kenyaman bagi kalangan muslim yang lebih prefer dengan sistem syariah.

6) Allianz juga mendapat peringkat Customer Service Award 2007 yang artinya membuktikan pelayanan Allianz adalah yang terbaik.

So, have you thought deeply about your life?

Just to remind you (and myself), the future is created by what we do today.

Dan kalau kita ditanya lagi, “How’s your life going?”

Jawablah dengan yakin dan bukan sekadar jawaban basa-basi.

“My life is going well, I live my golden life now.”




No comments:

Post a Comment